Minggu, 19 Juni 2011

Peluru Es (Mematikan & Tak Terdeteksi)

Kenapa peluru dibuat dari es ? Pertanyaan ini muncul begitu kita mendengar "Peluru Es". Sesuai dengan fungsi peluru, idenya adalah untuk membunuh, tetapi dengan desain yang sedemikian rupa bisa membuat siapa yang menembakkan peluru tersebut tidak akan terlacak (tidak meninggalkan jejak). Mungkin di Film-film box office sudah pernah kita melihatnya.

"Peluru es" (terbuat dari es kering) dijodohkan dengan senjata yang menembakkan proyektil ke tubuh korban. Namun apakah mungkin peluru jenis ini bisa diibuat??

Membentuk sepotong es kering menjadi berbentuk peluru memang sangat memungkinkan, namun "peluru" akan hancur atau pecah ketika dipanasi (peluru diledakan dalam senapan). Ini masih menjadi PR bagi para ilmuwan senjata dunia.

Meskipun demikian, ada material lain yang mungkin bisa digunakan sebagai bahan pengganti es kering, bahan tersebut adalah Galium. Gallium adalah Zat padat, tapi itu bukan logam yang sangat baik, agak rapuh. Jadi tidak tahu apakah peluru bisa dibuat dengan bahan Galium, tapi yang pasti lebih tahan lama dibandingkan es kering.

Galium meleleh tepat di atas suhu ruangan (apalagi suhu badan), sehingga peluru akan meleleh dalam tubuh sebelum tubuh dimasukkan pendingin. Benjolan dari galium dapat direcover, tapi jelas tidak akan mempertahankan tanda-tanda identifikasi.

Kesimpulannya : suatu saat nanti mungkin dalam waktu dekat para engineer senjata akan mengembangkan peluru yang tak terdeteksi ini, kita tunggu saja perkembangannya; mungkin saja memakai Dry Ice (CO2 padat) atau gallium atau bahkan akan menemukan material lain yang lebih baik lagi.

Rabu, 15 Juni 2011

Teknik Menembakkan FN Minini & M249 SAW Dengan Akurat & Efektif



FN Minimi akan jadi mesin pembunuh dan mematikan apabila di tangan prajurit yang tepat dan mengerti karakteristiknya, sekarang kita uraikan satu  persatu teknik cara menembakkan senjata Minimi :

Teknik pertama disebut Fixed Fire, digunakan untuk target statis dan keberadaannya sudah di ketahui, penembakan cukup membidik pada satu titik lalu melepaskan rentetan pendek.

Teknik Kedua apabila musuh dalam jumlah banyak dan membentuk formasi melebar, teknik yang dipakai adalah Traversing Fire. Untuk teknik ini penembak harus menembakkan dengan mengarahkan moncong minimi ke sisi kiri dan kanan kurang lebih 30 derajat. Teknik ini mendistribusikan tembakan seimbang dengan menyesuaikan posisi tubuh, baik pundak maupun siku. 

Teknik Ketiga ialah Searching Fire, teknik ini sering digunakan apabila kalau musuh tiarap atau bersembunyi diantara vegetasi dan keberadaannya tidak diketahui pasti. Untuk menerapkan teknik ini penembak harus memanipulasi penembakan dengan mengubah elevasi moncong Minimi. Untuk menurunkan posisi laras saat di tembakkan, penembak dapat merapatkan posisi kedua siku, begitu pula bila ingin menaikkan arah tembakan, posisi kedua siku tinggal di renggangkan. 

Sementara jika ancaman musuh datang dalam jumlah yang besar dan bergelombang dari segala posisi, jurus yang digunakan adalah teknik gabungan traversing and searching fire. Penembak harus menggeser laras ke kiri dan ke kanan, juga mengubah elevasi supaya field of fire dapat di tutup dengan maksimal. Untuk menerapkan teknik ini penembak harus disiplin dan tenang. Artinya tenang dalam mengubah arah maupun elevasi tembakkan dan harus di lakukan one at time, bukannya mengarahkan senjata tanpa membidik sama sekali. 

Setelah beres dengan target manusia, sekarang yang lebih sulit tentu menghantam benda bergerak semacam kendaraan. Untuk mencapai kesuksesan tinggi, penembak harus mampu memperkirakan kecepatan kendaraan dan posisi bidik yang tepat dan sesuai jarak. Sebagai contoh, jika ada truk yang melaju dengan kecepatan 15 mil per jam dari arah kanan pada jarak 300 m, maka penembak harus menyetel rear sight pada posisi 300 m, dan membidikkan Miniminya ke arah kiri mendahului target dengan asumsi jarak kira-kira setengah dari panjang target.

Minggu, 12 Juni 2011

VA-111 Shkval (Torpedo si Penjagal Kapal Induk)

Introduction
Pada pertengahan dasawarsa 1990-an, Rusia melansir torpedo anyar. Namun yang ditebalkan cukup mengetarkan nyali, VA-111 Shkval alias “Hujan Badai”. Shkval adalah karya institut Riset NII-24 pimpinan Mikhail Murkulov yang ditugasi merancang rudal bawah air berkecepatan tinggi, ia sanggup melibas armada kapal selam nuklir AS yang stealth. Shkval diperkenalkan pada 1977 lewat tangan Y.Rakov dan G.Logvinovich. 

Spesifikasi

Wujud Shkval mengejutkan kebanyakan orang, wujud fisiknya kerucut panjang dan pada buritan terdapat dua pasang sirip penstabil arah lintasan dan beberapa corong knalpot. Bisa di katakan Shakval lebih mirip rudal ketimbang torpedo konvensional. 

Kesaktian Shkval yang bikin gentar NATO adalah kecepatan jelajah yang mencapai 230 knot, empat kali kecepatan torpedo Mk 48 (AS). Dengan kecepatan jelajah sedemikian besar, energi kinetik yang dihasilkan pasti juga besar. Itu sebabnya Shkval sanggup menjebol lambung semua kapal perang biarpun tanpa bermodal hulu ledak nuklir atau hulu ledak biasa yang bobotnya 210 kg. Hingga kini AS belum punya pamungkas apapun guna menangkal monster ini. 


Gelembung Pamungkas 
Apa rahasia kesaktian shkval ..? tak lain adalah aplikasi cabang ilmu fisika soal gerakan benda padat yang “terbungkus” rongga hampa udara dalam sejumlah besar massa air (body motion under cavitation). Shakval dirancang bisa melejit dari tabung peluncur berdiameter 21 inci (533 mm) pada kedalaman 100 m. Saat ia melesat keluar dari tabung peluncur dengan kecepatan sekitar 50 knot, motor roket pendorong mulai di hidupkan. Meski ia belum sepenuhnya telah mencuat dari dalam badannya. Pada tiap sisi sirip yang yang tekanan udaranya rendah terjadi penyedotan udara sehingga timbul gelembung udara bertekanan tinggi. Sekujur tubuh terpedo terbungkus wadah berongga yang cukup besar. 

Ketika Beraksi

Bahannya ialah lapisan udara tipis yang tak lain aliran gelembung udara dalam jumlah besar (supercavitating bubles). Alhasil, kulit Sykval  tidak tersentuh air laut dan segala bentuk gesekan maupun hisapan (drag) dapat di minimalkan. 

Berkat motor roket pendorong berkecepatan tinggi, proyektil yang terbungkus total (full cavitating) dan sedang bergerak mengalami rotasi hingga ekor proyektil berbenturan dengan pembungkus. Akibatnya arah lintasan dan kesetabilan gerak proyektil acap kali “terganggu”. 

Shkval dipandu dengan sistem autopilot dan bukan dengan hulu pencari (homing head) seperti umumnya terpedo. Awalnya, shkval tidak punya sistem pemandu apapun. Namun, belakangan Rusia melansir varian yang punya hulu pencari dan hulu ledak nuklir taktis yang sanggup melejit sejauh 16 kilometer. 


Pengembangan 
Varian shkval berikut punya sistem penentu sasaran terpandu (guided targeting system) dan berhulu ledak  konvensional (1997) dan diuji coba pada musim semi tahun 1998. Rusia juga melangsir Shkval-E untuk ekspor yang kemampuannya sedikit lebih rendah (1999) dan telah di miliki oleh RRC, Iran dan Prancis. RRC juga membeli enam unit KS kelas Victor III untuk wahana peluncuran Shkval-E. Generasi kedua shkval muncul tahun 1998 dengan kecepatan jelajah 391 knot hingga sejauh 96 kilometer. 

Teknik Melawan Sniper

Dalam buku pegangan sniper disebutkan, tiada cara paling efektif untuk melumpuhkan seorang sniper kecuali dilakukan dari dalam, yakni orang di sampingnya, spotter atau observer. Istilah lainnya adalah musuh dalam selimut. Pendamping sniper ini di tersenjatai dengan senapan serbu yang bisa sekali pukul langsung melumpuhkan sniper. Lebih dari itu, dialah yang paling tahu di lapangan soal kelebihan dan kekurangan sniper dalam melaksanakan tugasnya.

Meski demikian, upaya memahami tingkah laku sniper perlu dimiliki agar bisa melakukan kontrasniper. Antara lain, sniper biasa melakukan penembakan dalam jarak 400 yard. Peluru yang di tembakannya biasanya irit. Bisa jadi hanya satu yang dilayangkan. Pasukan yang terkena tembakan semacam ini harus waspada untuk menyadari bahwa sniper telah mengintai.

Arah tembakan sniper menuju titik-titik vital di tubuh. Jadi bila ada personel pasukan terkena tembakan yang mengarah pada bagian-bagian vital, waspadai kemungkinan ada sniper di sekitar pasukan anda.

Untuk membedakan sniper dari personel pasukan yang lain, ada banyak indikator. Sniper bisa terlihat dari berbagai asesoris yang dikenakan. Bisa saja dari kamuflase (facemask, smocks atau ghillie suits) yang di gunakannya.

Sniper bergerak sendiri di lapangan. Jadi, bila melihat pasukan yang memisahkan diri, bisa jadi itu sniper. Terlebih lagi bila senapan yang di gunakannya dilengkapi dengan asesoris semacam scope, binocular, peredam atau lainnya.

Saat ini, sniper juga menggunakan senapan yang sudah memiliki peredam yang menyatu. Bukan model bongkar pasang.

Dengan dasar pengetahuan soal sniper yang mendalam, tindakan untuk melumpuhkan sniper bisa dilakukan dengan lebih efektif. Ibarat pemeo, kalau sudah tau celahnya, sesuatu lebih mudah di lakukan. Untuk melumpuhkan sniper, teknik sniper pantas di pelajari dalam hal ini.

Sabtu, 11 Juni 2011

Perbedaan Designated Marksman (DM) Dengan Sniper

Bagi sebagian orang Designated Marksman (DM) masih sering salah kaprah dengan pengertian sniper. Jika diterjemahkan ke Bahasa Indonesia, kedua kata tersebut sama-sama memiliki arti penembak jitu. Lalu, apa perbedaan antara sniper dan DM



Bagi anda para pecandu militer yang kebanyakan didominasi oleh penganut aliran Barat, istilah Designated Marksman (DM) memang terasa asing. Tidak heran dikalangkan Angkatan Bersenjata AS sendiri fungsi designated marksman baru muncul pada awal tahun 2000. 

DM adalah salah satu fungsi pasukan di dalam regu (squad) yang bertugas memberikan bantuan tembakan akurasi tinggi pada jarak jauh. Dengan adanya DM jangkauan tembakan yang diberikan oleh regu akan meningkat drastis. Regu dapat mengeliminasi musuh sebelum  mencapai posisi kawan. Bedanya dengan sniper, DM hanya diharapkan mampu melawan target pada jarak menengah atau berkisar 500 m. Sementara sniper biasanya beroprasi mengeliminasi target pada jarak 500-2.000 m. Selain itu sniper biasanya beroperasi pada level batalion, sementara DM jadi bagian organik dari satu regu, sama seperti fungsi refilmen, gunner atau grenadier. 

Untuk urusan senjata DM tentu memakai yang beda dengan sniper. DM biasnya di lengkapi dengan senapan semiotometik dengan sistem mekanisme gas operated, karena biasanya DM beroperasi pada jarak lebih dekat dengan musuh. Untuk urusan DM, AS harus mengakui keunggulan Rusia. Jelas saja karena konsep DM sebenarnya lahir dari tangan Uni Soviet pada era 1980-an. Uni soviet yang menciptakan SVD yang kemudian mematok pola satu SVD setiap regu. Sementara AS keliatannya masih belum matang dalam mengadopsi senapan DM yang definitif. Walaupun AD AS sudah sreg dengan pilihan M14, angkatan lain seperti marinir memutuskan menciptakan senapan baru sehingga terwujudlah USMC SAM-R

Asap Rokok Bisa Menjadi Taktik Jitu Untuk Sniper Dalam Menghancurkan Target

Mesti tidak tampak oleh mata, angin adalah faktor alam yang harus diperhatikan atau dihitung. Udara bergerak punya pengaruh yang sangat signifikan terhadap lintasan anak peluru, terutama pada tembakan jauh. Untuk memahami pengaruh angin, ada satu patokan sederhana. Semakin jauh peluru meluncur, semakin melambat pula kecepatannya. Semakin kecil juga energi kinetik yang di bawa.

Perhatikan data ini. Angin yang bertiup dengan kecepatan 24 km/jam (15 mph) ke arah kiri  menyebabkan gerak peluru kaliber 7,62 mm bergeser sejauh 11,5 cm ke kiri dari targetnya dalam jarak 183 m (200 yard). Dapat di bayangkan bila menjadi targetnya adalah mata kiri, maka jarak 11,5 cm sama dengan meleset artinya peluru yang di tembakkan bahkan tidak mengenai telinga kirinya sekalipun. 

Kalau mau, untuk menembak mata kiri, dengan kondisi angin bertiup kearah kiri dalam kondisi ini mungkin si sniper harus mengarahkan senjatanya menuju mata kanan. Jadi, pengaruh angin memang tidak main-main dalam hal ini, bahkan selembar daun ilalang yang terserempet proyektil, dipastikan akan melenceng. 

Untuk jarak yang lebih jauh lagi, dengan kondisi yang sama, pergeseran peluru dari sasaran malah tambah besar, yakni 1,2 meter untuk jarak 550 m (600 yard). 

Dilapangan, metode-metode sederhana untuk menghitung besarnya kecepatan angin telah di pelajari para sniper seperti hal-hal berikut : 
  • Apabila Asap rokok bergerak perlahan ke pinggir dapat di pastikan kecepatan angin bergerak paling tinggi 5 km/jam (3mph). Sementara bila gerakan angin menyebabkan muka sedikit dingin, angin bergerak dalam kisaran 5-8 km/jam (93-5 Mph) 
  • Pepohonan yang mulai bergerak-gerak karena tiupan angin, dapat dipastikan gerakan angin berkisar sekitar 8-13 km/jam (8-12) . jika pepohonan kecil mulai runtuh, pastikanlah minimal angin bertiup diantara kecepatan 19-24 mk/jam (12-15 mph).

Memang semua teknik yang sederhana ini tidak semuanya bisa diambil patokan, karena setiap menit kecepatan angin pasti berubah, makanya para sniper jarak jauh tidak mau mengambil resiko dengan membidik kepala tapi bagian tubuh yang vital, selain karena faktor angin, sniper juga lebih terkesan pasti kena dan mematikan. 

Untuk mendukung teknik keakuratan para sniper, negara barat sudah melengkapinya dengan alat pengukur kecepatan angin sehingga para sniper lebih jitu dalam melakukan aksinya di medan parang. 

Rabu, 08 Juni 2011

Alat Penstabil Teleskop Selain Bipod

Jika tidak tersedia bipod atau alas untuk menstabilkan Teleskop, maka seorang sniper bisa menggunakan alat-alat berikut ini :

Sand sock


Rucksack


Sandbag


Branch pod

Selasa, 07 Juni 2011

Firing Position (Posisi-posisi Terbaik Sniper Ketika Bertugas)

Dalam bertugas, para penembak jitu pergi menuju sasaran atau tempat yang sudah dikoordinasikan sebagai posisi efektif dalam peperangan. Setalah menghabisi musuh-musuhnya, sniper langsung pergi meninggalkan medan perang, dalam tugasnya sniper memerlukan posisi yang baik. Posisi yang baik memungkinkan penembak jitu untuk rileks dan berkonsentrasi ketika mempersiapkan untuk menembak. Berikut ini posisi-posisi yang sering digunakan oleh para sniper :

1. Prone supported position.

Merupakan posisi paling tenang untuk menembak












2. Prone unsupported position.

Menggunakan lutut dan siku serta popor sebagai tumpuan. pada posisi ini kepala sniper akan sedikit lebih terangkat. memunginkan musuh untuk mengetahui keberadaan sniper.









3. Kneeling unsupported position.

Posisi yang cukup stabil dan akan memberikan kedudukan sniper lebih tinggi sehingga dapat melihat melewati semak.














4. Standing supported position.



Posisi yang mantap dan hanya digunakan pada langkah terakhir.


5. Hawkins position.

Posisi dengan stabilitas rendah yang tidak dapat digunakan ditanah yang datar karena moncong tidak dapat mengangkat cukup tinggi untuk membidik sasaran.











Cara Mengarahkan Senjata M16



Benar tidaknya cara operator menempatkan senjata akan sangat menentukan akurasi dan perkenaan. Berikut bagaimana operator seharusnya memosisikan bagian-bagian tubuhnya saat memegang M16, walaupun ilustrasinya akan berbeda yaitu menggunakan senjata model, lain tapi yang perlu kita perhatikan di sini adalah cara dia memegang senjata

Posisi tangan yang tidak menembak (memegang foregrip) 
Tangan yang tidak menembak (memegang foregrip), dengan jempol dengan membentuk sudut v dengan ke empat jari lainnya. Pegangan foregrip tidak boleh terlalu keras, cukup memastikan laras tidak goyang. Memegang terlalu dekat ke arah pangkal tidak di anjurkan, begitu pula memegang bagian magazine well. Pada M16A4 yang di lengkapi dengan KAC Front Grip, tempatkan grip di posisi yang paling nyaman untuk bahu dan jangan memegang grip terlalu keras. 

Memposisikan popor
Pasikan popor di pangkal bahu. Usahakan operator memperoleh posisi yang baik dan nyaman, dengan keseluruhan bagian popor menempel ke bahu. 

Posisi tangan yang menembak
Tangan yang di pergunakan untuk menembak, memegang pistol grip dengan erat, telunjuk di letakkan di pelatuk, sementara ketiga jari yang berada di bawah memberi sedikit tekanan ke arah belakang untuk memastikan popor guna mengurangi efek recoil.

Siku tangan yang di gunakan untuk menembak. 
Penempatan siku tangan untuk menembak sangat penting dalam menyediakan keseimbangan. Pilih posisi yang paling nyaman, pastikan kedua bahu di posisi sejajar. Posisi chicken wing (siku menembak di rentangkan sejajar posisi telapak tangan) tidak dianjurkan karena membuat otot tegang dan memperbesar siluet penembak. 

Siku tangan yang tidak menembak 
Siku tangan yang tidak menembak di tempatkan dengan posisi di bawah senapan untuk memberikan kenyamanan dan kestabilan. Pastikan posisi ini tetap bebas dan tidak menempel pada permukaan apapun, karena akan di gunakan untuk mengarahkan laras apabila musuh datang dari berbagai posisi.

Posisi Wajah 
Pipi operator harus di tempatkan di posisi popor membidik. Tempatkan tulang pipi sedikit diatas popor dan berikan tekanan sehingga tercipta sedikit lipatan, sementara itu leher harus rileks. Pastikan posisi pipi di popor sudah dekat bagian mata agar dapat melihat posisi penjera belakang dan depan dengan tepat.


BERIKUT ADALAH CONTOH MEMEGANG SENJATA M16



Akibat Terkena Timah Panas Dari Segi Medis & Kesehatan

Orang yg terkena tembakan / Ilustrasi


APA AKIBAT YANG DITIMBULKAN JIKA PELURU MENGENAI TUBUH DARI SEGI MEDIS DAN KESEHATAN

Ada 2 (dua) macam orang yang terkena Tembakan yaitu terkena Pantulan Peluru dan terkena peluru langsung tanpa adanya pantulan dari kedua macam jenis dan akibat yang di timbulkan sama-sama parah sebab ada beberapa hal yang mendasari opini tersebut dengan fakta yang berimbang:

Terkena Tembakan Peluru Pantul
Dalam peperangan, orang yang banyak terkena tembakan pantulan adalah Masyarakat Umum dan sisanya para tentara yang disebabkan oleh Proyektil peluru di tembakkan dan mengenai benda seperti Beton, Besi yang sifatnya “Melawan”. Peluru akan memantul ke segala penjuru tergantung, dari sudut mana proyektil datang. Akibat yang paling buruk terkena peluru pantulan adalah tertembaknya di bagian vital dan yang paling gawat adalah tanpa di duga datang dan arah tembakannya.

Terkena Tembakan Peluru Langsung
Terkena Tembakan Peluru Langsung bisa di katakan “50/50” kenapa diakatakan demikian, penembak (orang yang melakukan penembakan) biasanya tahu arah tujuan atau sasaran tembaknya di bandingkan dengan terkena tembakan peluru pantul (si penembak tidak tahu arah peluru yang di tembakkan jika tidak mengenai sasaran). Tembakan peluru langsung ini beruntung contoh dalam segi hukuman mati peluru yang di tujukan ke jantung adalah untuk menghindari rasa sakit yang berlebihan sebelum menemui “Ajal” dalam segi kriminal sangat menguntungkan bagi pelaku kriminal, kenapa demikian ? orang yang melakukan perbuatan “kriminal” biasanya di tembak jika melakukan perlawanan atau melarikan diri saat terjadi pengejaran atau penyergapan. Dalam lingkungan polisi biasanya ada yang di sebut TEMBAKAN PERINGATAN, tembakan peringatan ini ada 3 (tiga) kali tembakan, tembakan pertama dan kedua di arahkan ke atas atau udara sebagai penggertakan atau peringatan apabila tidak menghiraukan (tidak menyerah), tembakan yang ketiga di arahkan ke bagian yang sifatnya melumpuhkan, jika masih melawan di wajibkan menembak di bagian vital, tidak menutup kemungkinan jika tembakan di arahkan langsung ke bagian vital tanpa adanya tembakan peringatan karena faktor keselamatan yang sangat genting.

Terkena tembakan (peluru pantul atau peluru langsung) pada tubuh seseorang akan berakibat fatal karena jika peluru tadi mengenai organ-organ tubuh, atau mengenai persendian maka akan berakibat kematian dan kelumpuhan bagi yang terkena tambakan.


KENAPA ?
Orang yang terkena peluru haruslah segera diambil atau dioperasi (pembedahan) dikarenakan proyektil yang berada dalam tubuh sangat membahayakan karena mengandung beberapa zat-zat organik dan non organik yang bisa menyebabkan orang keracunan zat-zat yang ada dalam bubuk messiu. Biasanya orang mengambil proyektil peluru dengan mengunakan pembedahan langsung apabila yang terkena peluru di tempat yang sangat vital biasanya akan dilakukan operasi setelah pasien betul-betul pulih secara mental atau fisik dan tidak menutup kemungkinan jika langsung di lakukan operasi tergantung dari kondisi pasien dan pertimbangan para dokter ahli bedah.


BAGAIMANA RASANYA TERKENA PELURU ?
Apabila kita terkena peluru, biasanya effek yang paling utama yang ditimbulkan adalah Mati rasa pada bagian yang terkena peluru, 2 menit kemudian kelumpuhan sementara jika di tembakkan pada bagian sendi dan rasa sakit yang luar biasa. Dalam Perang Dunia ada istilah penggunaan morfin yang membantu mengurangi rasa sakit yang luar biasa. Morfin yang di suntikkan ke tubuh akan bereaksi cepat dalam menghilangkan rasa sakit dan menenangkan penderita sehingga memudahkan dalam pengoperasian (pembedahan) pasien dalam situasi perang. Peluru juga menyebabkan kematian yang cukup singkat (tidak merasakan sakit yang terlalu lama dalam menunggu 'ajal' jika di tembakan di bagian “VITAL” seperti kepala dan area jantung dari faktor inilah diadakan REGU TEMBAK DALAM HUKUMAN MATI .


TITIK-TITIK YANG MENYEBABKAN KEMATIAN DAN KELUMPUHAN
Dalam segi medis ada beberapa bagian atau titik-titik rawan dan vital pada tubuh kita titik-titik yang menyebabkan kematian adalah : jantung dan kepala sedangkan titik-titik rawan atau yang menyebabkan kelumpuhan adalah Bagian sendi-sendi seperti bagian kaki dan tangan.

Sabtu, 04 Juni 2011

Detasemen Gegana Polri



Gegana adalah bagian dari Kepolisian Indonesia (Polri). Pasukan ini mulai ada sejak tahun 1976, meski ketika itu baru berupa detasemen. Baru pada tahun 1995, dengan adanya pengembangan validasi Brimob bahwa kesatuan ini harus memiliki resimen, Detasemen Gegana lalu ditingkatkan menjadi satu resimen tersendiri, yakni Resimen II Brimob. Sementara Resimen I adalah resimen pembentukan dari anggota-anggota Brimob yang berkualifikasi pelopor. Demikian pula Resimen III. Perubahan tersebut berdasarkan Skep Kapolri Nomor 10 tentang pengembangan organisasi Brimob tahun 1995. Tugas utama Gegana ada tiga: mengatasi teror, SAR (search and rescue), perlindungan VIP/VVIP, parakomando & anti gerilya, dan Jihandak (penjinakan bahan peledak).

Secara umum, hampir semua anggota Gegana mampu melaksanakan kelima tugas utama tersebut. Namun, kemampuan khusus yang lebih tinggi hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu. Gegana tidak memiliki Batalyon ataupun Kompi. Kesatuan yang lebih kecil dari resimen adalah detasemen. Setelah itu subden dan yang paling kecil adalah unit. Satu unit biasanya terdiri dari 10 orang. Satu subden 40 orang, dan satu detasemen beranggotakan 280-an orang.

Satu operasi biasanya dilakukan oleh satu unit. Karena itu, dari sepuluh personel dalam satu unit tersebut, harus ada enam orang yang memiliki kemampuan khusus. Masing-masing: dua orang memiliki kemampuan khusus yang lebih tinggi di bidang jihandak, dua orang di bidang SAR dan dua lagi ahli teror. Kedua orang itu disebut operator satu dan operator dua. Yang lainnya mendukung.

Tim Gegana sedang beraksi

Misalnya untuk teror: operatornya harus memiliki keahlian menembak jitu, harus memiliki kemampuan negoisasi, ahli dalam penggebrekan dan penangkapan. Namun semuanya tidak untuk mematikan. Sebab setiap operasi Gegana pertama-tama adalah berusaha untuk menangkap tersangka dan menyeretnya ke pengadilan. Kecuali dalam keadaan terpaksa, yang mengancam jiwa orang yang diteror, barulah terpaksa ada penembakan. Sementara untuk SAR, dituntut memiliki kemampuan dasar seperti menyelam, repling, jumping, menembak, juga P3K.

Demikian pula, operator jihandak harus memiliki keahlian khusus di bidangnya. Menurut Senior Inspektur Wahyu Widodo (salah seorang ahli bom yang dimiliki Gegana), setiap anggota Gegana secara umum memang sudah diperkenalkan terhadap bom. Hal yang paling mendasar dalam menjinakan bom, adalah memisahkan antara sirkuit dan bom dalam sistem unit bom itu sendiri. Meski demikian, petugas di lapangan tetap bisa meminta data-data dan bantuan dari markas jika mengalami kesulitan.

Ada prosedur-prosedur tertentu yang berbeda untuk menangani setiap jenis bom, termasuk waktu yang dibutuhkan. Misalnya bom yang menggunakan waktu, harus cepat sebelum waktu meledaknya tiba. Demikian pula yang menggunakan trigger khusus, penjinakannya harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Kepada anggota Gegana jenis-jenis bom tersebut dan cara-cara menjinakkannya, termasuk risiko-risikonya, sudah dijelaskan. Itu dilakukan dalam latihan.

Seorang anggota Gegana sedang menjinakkan bahan peledak

Latihan jihandak dilakukan dengan membuatkan bom-bom dalam skala kecil, baik tekniknya atau isiannya. Anggota yang berlatih, diharuskan mampu untuk menjinakkannya. "Kita memberikan latihan-latihan teknik penjinakkan dengan berbagai cara, berdasarkan perkembangan jenis bom yang mungkin ditemukan," jelas Wahyu lagi. Menurut dia, bom mobil termasuk yang paling berbahaya karena dirancang untuk pertama-tama menghancurkan mobil itu sendiri, otomatis kuantitasnya besar, kualitasnya juga tinggi. Sementara RDX adalah unsur dasar terbaru, dalam arti, penemuan yang terakhir untuk bahan-bahan peledakan tingkat tinggi.

Paling tidak, ada tiga teknik penjinakkan yang dipelajari oleh Gegana. Yaitu teknik manual, semi remote, dan kalau memang bahaya sekali menggunakan robot. Terutama untuk tingkat bom-bom mobil itu biasanya digunakan robot. Sayangnya, peralatan yang dimiliki Gegana masih terbatas. Gegana baru punya tiga kendaraan taktis EOD (explosive ordinance disposal) yang sudah lengkap dengan alat peralatan. Padahal seharusnya, setiap unit memiliki satu kendaraan taktis. Selain di Gegana, kendaraan EOD masing-masing satu unit ada di Polda Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Jadi se-Indonesia baru ada enam unit.

Untuk meningkatkan kemampuan anggota, Gegana memiliki dua cara latihan yakni latihan secara terpusat dan internal. Latihan terpusat dilakukan oleh Mabes Polri, antara lain dengan mengirimkan orang belajar ke luar seperti ke Jeman, Inggris, Amerika dan sebagainya untuk mengikuti pelatihan bahan peledak, teror maupun SAR. Tapi hal itu tidak rutin, tergantung perintah dari Mabes. "Misalnya, sekarang kita sedang siapkan orang untuk mengikuti pelatihan mengenai teror di Amerika," jelas Komandan Gegana, TB MH Chanafi.

Komando tertinggi setiap operasi Gegana langsung berada di bawah Kapolri yang dilaksanakan oleh Asop Kapolri.

Jumat, 03 Juni 2011

Perbedaan Penembak Runduk dan Penembak Jitu

Beberapa doktrin membedakan antara penembak runduk (sniper) dengan penembak jitu (marksman, sharpshooter, atau designated marksman). Sniper terlatih sebagai ahli stealth dan kamuflase, sedangkan penembak jitu tidak. Sniper merupakan bagian terpisah dari regu infanteri, yang juga berfungsi sebagai pengintai dan memberikan informasi lapangan yang sangat berharga, sniper juga memiliki efek psikologis terhadap musuh. Sedangkan penembak jitu tidak memakai kamuflase, dan perannya adalah untuk memperpanjang jarak jangkauan pada tingkat regu.

Penembak jitu umumnya memiliki jangkauan sampai 800 meter, sedangkan sniper bisa sampai 1500 meter atau lebih. Ini dikarenakan sniper pada umumnya menggunakan senapan runduk bolt-action khusus, sedangkan penembak jitu menggunakan senapan semi-otomatis, yang biasanya berupa senapan tempur atau senapan serbu yang dimodifikasi dan ditambah teleskop.

Sniper telah mendapatkan pelatihan khusus untuk menguasai teknik bersembunyi, pemakaian kamuflase, keahlian pengintaian dan pengamatan, serta kemampuan infiltrasi garis depan. Ini membuat sniper memiliki peran strategis yang tidak dimiliki penembak jitu. Penembak jitu dipasang pada tingkat regu, sedangkan sniper pada tingkat batalyon dan tingkat kompi.


Teknik Kamuflase
Sniper menggunakan kamuflase dan membatasi gerakan mereka, agar tidak bisa dideteksi. Bidikan teleskopik harus mendapatkan perhatian khusus, karena lensa dari alat bidik harus terbuka, tapi dalam keadaan terbuka akan dapat memantulkan cahaya matahari, dan ini bisa membeberkan posisi sniper. Solusi yang biasa digunakan adalah mencari tempat bersembunyi yang tidak terkena cahaya matahari langsung, atau dengan menutupi lensa dengan sesuatu yang tidak memantulkan cahaya, seperti sebuah kain tipis.

Sniper modern juga harus memperhatikan kamuflase mereka jika dilihat dengan cahaya infra-merah, karena militer modern sudah menggunakan penglihatan suhu (thermal vision), menggantikan night vision, yang hanya meningkatkan intensitas cahaya. Bahan pakaian dan peralatan bisa muncul bila dilihat dengan alat thermal vision. Maka sniper juga bisa memakai bahan lain seperti plastik, atau bahan khusus seperti selimut thermal, atau bahan lain yang tidak terdeteksi oleh thermal vision.

Istilah Satuan Militer Dari Regu Sampai Divisi



ISTILAH SATUAN MILITER: DARI REGU HINGGA DIVISI


REGU
  • Regu adalah satuan militer terkecil dalam Bataliyon (Infanteri) yang terdiri minimal 20 personel. 
  • Komandannya berpangkat Sersan Satu atau Kopral Kepala senior (yang berpengalaman). 
  • Regu adalah bagian dari peleton.


PELETON
  • Kesatuan militer di bawah Kompi yang terdiri dari beberapa regu (biasanya tiga regu), kekuatan personilnya kurang lebih 30 sampai 50 orang dan biasanya dipimpin seorang Letnan Dua. 
  • Posisi Komandan Peleton biasanya merupakan penugasan PERTAMA, bagi perwira yang baru lulus dari Akademi Militer (Angkatan Darat) dan Akademi Angkatan Laut (kecabangan Marinir).


KOMPI
  • Kesatuan militer yang berada di bawah Batalyon terdiri dari beberapa peleton (biasanya tiga peleton)
  • Kekuatan personilnya kurang lebih dari 180 hingga 250 orang. Biasanya dipimpin seorang Kapten. 
  • Dalam satuan infanteri, ada tiga macam kompi, yang disesuaikan dengan fungsinya, yaitu Kompi Senapan (Kipan), Kompi Markas (Kima), Kompi Bantuan (Kiban). Kompi Senapan disiapkan untuk operasi lapangan, dengan dukungan Kompi Bantuan. 
  • Persenjatan Kompi Bantuan lebih berat dari persenjataan Kipan, persenjataan Kipan terdiri dari Senjata Mesin Sedang (SMS), mitraliur, dan mortir.


BATALIYON
  • Satuan dasar tempur di bawah Brigade atau Resimen yang terdiri dari suatu Markas, Kompi Markas dan beberapa Kompi (biasanya tiga Kompi) atau Baterai (istilah Kompi khusus untuk satuan Altileri). 
  • Khusus untuk Batalyon Infantri dapat merupakan bagian taktis dari suatu Brigade dan dapat juga berdiri sendiri dengan tugas taktis dan administrasi. Contoh Bataliyon Infanteri (Yonif) yang tergabung dalam Brigade Infanteri (Brigif), adalah Yonif 312/Kala Hitam (Subang), Yonif 310/Iklas Karya Utama (Sukabumi), dan Yonif 327/Brajawijaya (Cianjur), ketiganya berada di bawah komando Brigif 15/Kujang (bermarkas di Bandung).
  • Yonif yang berstatus "BS" (Berdiri Sendiri), adalah Yonif yang tidak bergabung dalam Brigif, namun komandonya langsung dari Pangdam (setempat), karena biasanya Yonif tersebut adalah Yonif andalan, yang biasa disebut sebagai bataliyon pemukul Kodam. ContohYonif yang berstatus "BS", antara lain adalah Yonif 401/Banteng Raiders (Kodam IV/Diponegoro), Yonif 507/Sikatan (Kodam V/Brawijaya), Yonif Linud 733/Masariku (Kodam VIII/Trikora), Yonif Linud 100/Prajurit Setia (Kodam I/Bukit Barisan), dan lain-lain. Kategori lain adalah bataliyon yang di bawah komando Korem (Komando Resort Militer). Ini adalah kategori yang paling umum. Contoh Yonif 315/Garuda (di bawah Korem 061/Suryakencana, Bogor), Yonif 408/Subrastha (basis Kendal, di bawah Korem 073/Makutarama, Salatiga), Yonif 521 (basis Kediri, di bawah Korem 081/Dhirotsaha Jaya, Madiun), dan lain-lain.
  • Jumlah personil Yonif kurang lebih 700 hingga 1000 orang, Batalyon biasanya dipimpin seorang Mayor (senior) atau Letnan Kolonel. 
  • Sedang untuk Bataliyon di luar infanteri, seperti Bataliyon Kavaleri (Yonkav), Bataliyon Artileri Medan (Yonarmed), Bataliyon Zeni Tempur (Yonzipur), Bataliyon Perbekalan dan Angkutan (Yonbekang), hitungan personelnya bukan sekadar orang per orang, namun jumlah kekuatan peralatannya dan anggota yang menjadi operator (awak) peralatan tersebut, misalnya Yonkav terdiri dari sekian tank atau sekian panser, Yonarmed terdiri dari sekian meriam, dan seterusnya. Jadi jumlah personelnya tidak sebanyak bataliyon infanteri biasa.
  • Bataliyon artileri ada dua macam, sesuai fungsinya: Bataliyon Artileri Medan (sasaran darat) dan Bataliyon Artileri Pertahanan Udara (sasaran udara). 
  • Yonkav unsur persenjataan yang utama ada dua, yaitu tank dan panser. Ada Yonkav yang persenjataannya khusus panser atau khusus tank saja, atau gabungan antara keduanya. Contoh Yonkav yang persenjataannya hanya tank: Yonkav 1/Kostrad. Sedang khusus panser, contohnya Yonkav 7/Panser Khusus Kodam Jaya. Contoh yang gabungan: Yonkav 9/Serbu (Kodam Jaya), Yonkav 4/Serbu (Kodam III/Siliwangi). Yonkav yang berunsur gabungan panser dan tank, adalah bentuk yang paling umum.


BRIGADE
  • Satuan tempur di atas Batalyon, dan di bawah Divisi yang merupakan satuan dasar tempur terdiri dari unsur-unsur tempur (biasanya tiga Batalyon), unsur-unsur bantuan tempur dan unsur-unsur bantuan administrasi. 
  • Brigade dapat berdiri sendiri atau merupakan bagian dari komando yang lebih besar (Divisi). 
  • Jumlah kekuatan personelnya kurang lebih 3000 hingga 5000 personel.
  • Karena merupakan satuan tempur yang relatif besar (gabungan tiga bataliyon), maka ketika operasi pada tingkat brigade, kesatuan tersebut bisa bergerak sendiri, lengkap dengan unsur Bantuan Tempur (Banpur) dan Bantuan Administrasi (Banmin) sendiri. Koordinasi Banpur dan Banmin berada di bawah unit tersendiri, yaitu Detesemen Markas, dipimpin seorang Dandema.
  • Brigade Infanteri (Brigif) di lingkungan TNI ada beberapa macam, bisa berdasar garis komando, bisa berdasar kualifikasi. 
  • Berdasar garis komando, ada Brigif yang berada di bawah : (1) Kodam [Brigif yang berada di bawah Kodam hanya ada dua, yaitu Brigif 1/Jaya Sakti (Kodam Jaya) dan Brigif 15/Kujang (Kodam III/Siliwangi)]. (2) Kostrad [Brigif Linud 3 (Makassar), Brigif Linud 17/Kujang I (Jakarta), Brigif Linud 18/Trisula (Malang), Brigif 13/Galuh (Tasikmalaya), Brigif 9 (Jember), dan Brigif 6 (Solo)]
  • Berdasar kualifikasi, ada Brigif Lintas Udara (linud), dan Brigif Lintas Medan (Brigif biasa). 


RESIMEN
  • Satuan militer di bawah Divisi yang terdiri dari beberapa Batalyon (biasanya 3 Batalyon). 
  • Resimen merupakan satuan dengan kesenjataan yang sejenis, misalnya Resimen Arteleri Medan, Resimen Arhanud. 
  • Resimen biasanya dipimpin seorang Kolonel. 
  • Unsur-unsur satuan di bawah Resimen, hampir sama dengan Brigade. 
  • Tampaknya TNI lebih cenderung memakai sistem Brigade. Itu terlihat tidak adanya lagi satuan yang memakai sebutan Resimen, setidaknya di lingkungan Angkatan Darat. Terakhir, mungkin kita masih ingat, satuan yang pernah memakai nama resimen, adalah Kopassus, saat masih bernama Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD).


DIVISI
  • Satuan tempur militer terbesar, dengan kekuatan penuh. Maksudnya secara operasional, memilki kesatuan kesatuan tempur, berikut unsur pendukungnya, yaitu bantuan tempur dan bantuan administrasi, yang berada dalam garis komando Divisi tersebut, jadi tidak perlu mendatangkan dari komando lain di luar Divisi. Seperti Divisi Infanteri yang ada di Indonesia. 
  • Angkatan Darat memiliki dua satuan setingkat Divisi, yang keduanya berada di bawah Kostrad, yaitu Divisi Infanteri 1 (markas di Cilodong, Bogor), dan Divisi Infanteri 2 (markas diSingosari, Malang). Divisi-divisi tersebut, selain memiliki unsur tempur sendiri (infanteri, kavaleri dan artileri), juga memiliki unsur bantuan tempur (Bataliyon Zeni, Bataliyon Perhubungan, dan Bataliyon Peralatan), dan unsur bantuan administrasi sendiri (perbekalan, angkutan, kesehatan, polisi militer, dll).
  • Divisi biasanya dipimpin oleh seorang Mayor Jendral.


DETASEMEN
Ada beberapa pengertian istilah Detasemen :
  • Kesatuan yang terdiri dari pasukan atau kapal-kapal yang diambil dari kesatuan yang lebih besar dikirim untuk suatu tugas khusus. Untuk Angkatan Darat, bisa berupa kendaraan lapis baja, seperti Detasemen Kavaleri.
  • Kesatuan tetap yang berkekuatan kurang lebih sebesar Peleton hingga Kompi yang dibentuk untuk tugas-tugas tertentu. Contoh: Detasemen Intel (Denintel) Kostrad, Denintel Kodam, Denma Brigif, Detasemen Polisi Militer, dan Detasemen 81/Anti Teror Kopassus (sebelum dilikuidasi). Untuk kategori ini komandannya, perwira berpangkat Mayor atau Letkol.
  • Nama tingkat kesatuan untuk organisasi kemarkasan tingkat Komando Utama ke atas. Contoh: Detasemen Markas (Denma) Markas Besar Angkatan Darat, Denma Mabes TNI, dan Denma Makodam. Komandannya biasanya berpangkat Kolonel (untuk Mabes), atau Letkol (untuk Makodam).

Kamis, 02 Juni 2011

Panser Ferret TNI-AD (Panser Intai “Kostrad” dari Era 60-an)



Dari beragam alutsista (alat utama sistem senjata) lawas milik TNI-AD, khusus di korps kavaleri, nama panser Ferret tentu harus diperhitungkan. Bersama dengan panser Saracen dan Saladin, Ferret didatangkan pada periode tahun 60-an. Bersama panser Saracen dan Saladin pula, Ferret turut menjadi saksi sejarah pergolakan saat revolusi di tahun 1965. Pada dasarnya Ferret dirancang sebagai kendaraan intai, kawal dan pemandu tempur tanpa kemampuan amfibi. Untuk itu Ferret dibuat dengan desain body yang mungil, tujuannya agara ”si Musang” ini dapat bergerak cepat dan lincah.

Dilihat dari bodynya yang imut untuk ukuran alat temput, Ferret hanya diawaki oleh dua orang, yakni pengemudi dan komandan yang merangkap sebagai juru tembak. Untuk urusan senjata, tentu Ferret harus tahu diri, panser ini standarnya hanya dibekali senapan mesin kaliber 7,62 mm dalam kubah putar. Tapi beberapa negara pengguna Ferret juga berhasil melalukan pengembangan agar Ferret tampil lebih galak. Contohnya seperti kemampuan Ferret menggotong rudal anti tank Vigilant dan merian tanpa tolak balik. Untuk menunjang kemampuan tempur, Ferret menggunakan tipe ban run flat, tipe ban ini memungkinkan ban tidak langsung gembes bila terkena tembakan.

Setelah mengabdi selama 60 tahun di republik Indonesia, Panser besutan pabrik Alvis, Inggris ini masih digunakan hingga kini oleh Korps Kavaleri di lingkungan Kostrad. Ferret masuk dalam kompi intai kavaleri dan dalam tiap misi tempur, sudah umum bila Ferret-lah yang maju terlebih dahulu untuk memonitor situasi dan kemudian melaporkan hasil pantauan ke komando atas. Indonesia sendiri dikabarkan memiliki 55 unit Ferret tipe Mk1/2. Sejalan dengan perkembangan, Ferret milik TNI-AD sudah di retrofit, terutama dengan penggantian dari mesin bensin ke mesin diesel.

Spesifikasi
Negara pembuat : Inggris
Berat : 3,7 ton
Panjang : 3,7 meter
Lebar : 1,91 meter
Tinggi : 1,88 meter
Awak : 2 orang
Senjata utama : 7,62 mm
Suspensi : 4×4
Jarak tempuh : 306 Km
Kec max : 93 Km/jam
Mesin : Rolls Royce B60 6 silinder (mesin bensin)


Rabu, 01 Juni 2011

Panser Saracen TNI-AD



Bagi Anda yang pernah menonton film “Penghianatan G 30S/PKI” tentu masih ingat akan sosok panser pengangkut personel Saracen. Panser dengan enam roda ini begitu kental sebagai ikon di film tersebut, dan memang pada faktanya panser Saracen buatan Alvis ini punya peran besar dalam masa revolusi tahun 1965. Saracen dikala itu masuk dalam unit batalyon kavaleri 7 yang berada dibawah komando Kodam V (sekarang Kodam Jayakarta), dimana tugasnya yakni melindungi keamanan Ibu kota.

Dari tugas yang diemban tersebut, maka Saracen aktif berperan dalam beberapa operasi militer menumpas PKI. Salah satunya digunakan saat pengepungan Lanud Halim Perdanakusumah. Tapi harus diakui yang sangat monumental yakni saat Saracen digunakan sebagai kendaraan pengangkut tujuh peti jenazah pahlawan revolusi pada 5 Oktober 1965 menuju Taman Makam Pahlawan Kalibata. Bisa dibilang ikon Saracen sebagai kendaraan pengangkut jenazah pahlawan revolusi sangat mengena hingga saat ini. Walau banyak yang tak kenal nama sosok panser ini, tapi desain Saracen amat dikenali oleh khalayak di Tanah Air.

Saracen sendiri didatangkan pada era 60-an untuk membangun satuan kavaleri TNI-AD. Saracen dibeli dari Inggris dan mulai diproduksi oleh Alvis mulai tahun 1952. Dari segi usia, Saracen sudah termasuk sepuh, rentang usia panser ini di Indonesia sudah lebih dari 44 tahun. Tapi biar sepuh, unit kavaleri TNI-AD, khususnya di Kostrad masih menjagokan Saracen sampai saat ini. Tentu ada banyak modifikasi agar Saracen tetap bertahan sesuai tuntutan jaman. Diantaranya seperti mengganti dari mesin bensin ke mesin diesel, tiap roda dibekali peredam kejut, kelengkapan sistem pendingin kabin dan pastinya rodanya berkempuan all whell drive. Bahkan saat melihat Saracen di HUT ABRI tahun 1995, penulis melihat panser ini sudah dilengkapi winch untuk menarik kendaraan di medan off road.



TNI-AD diperkirakan memiliki sekitar 60 unit Saracen, satu diantaranya bisa Anda lihat sebagai etalase di museum Lubang Buaya, Jakarta. Sesuai rancangannnya sebagai panser ringan, Saracen hanya dibekali senjata ringan. Satu pada kubah aktif bagian depan dan sebuah lagi di belakang (ring mount). Pilihan senjata mulai dari FN MAG GPMG (General Purpose Machine Gun) atau browning, yang jelas semuanya berkaliber 7,62 mm. Untuk sistem komunikasi, dilengkapi satu unit radio PRC-64 multi frekuensi.

Selain digunakan Kostrad, beberapa unit Saracen juga disebar untuk memperkuat satuan kavaleri di tingkat Kodam. Dengan rentang pengabdian yang demikian panjang, wajar bila Saracen punya banyak tanda jasa untuk operasi militer. Terakhir Saracen digunakan dalam operasi militer penumpasan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) beberapa tahun lalu.

Di negeri asalnya, Inggris. Saracen sampai tahun 80-an masih digunakan dalam operasi keamanan di kawasan Irlandia utara. Polisi Amerika Serikat pun nyatanya sampai saat ini juga masih kesemsem dengan Saracen, buktinya panser ini digunakan tim elit SWAT sebagai kendaraan penyerbu. Saking populernya, Saracen juga sempat ditampilkan dalam film Judge Dredd di tahun 1995. Saracen mempunya banyak varian, tapi utamanya terdiri dari tiga tipe, yakni Armoured Command Vehicle (ACV) yang dilengkapi ekstra radio dan roof mount. Kemudian ada Amoured Command Post (ACP) yang dilengkapi awning kanvas dan generator mini. Dan terakhir, versi Armoured Ambulance

Spesifikasi Alvis Saracen
  • Berat : 11 Ton
  • Panjang : 4.8 meter
  • Lebar : 2.54 meter
  • Tinggi : 2.46 meter
  • Crew : 2 + 9
  • Senjata Utama : 2 x machine gun
  • Mesin : Rolls-Royce B80 Mk.6A, 8 silinder petrol 119 kW
  • Suspensi : 6 x 6 wheel
  • Jangkauan operasi : 400 km
  • Kecepatan : 72 km/jam (off-road 32 km/jam)