Jumat, 11 November 2011

Mikhail Kalashnikov - Perancang & Pembuat Senjata Legendaris AK-47



Mikhail Kalashnikov (Perancang & Pembuat Senjata Legendaris AK-47) lahir 10 November 1919 di desa Kurya, Uni Soviet dari keluarga petani miskin. Di usia 19 tahun, Kalashnikov ikut wajib militer dan bergabung dengan Resimen Tank ke-24, Divisi Tank ke-12 dimana ia menamatkan sekolah mekanik tank dan menjadi montir-pengemudi tank dan mencapai pangkat sersan senior (komandan tank). Pada Oktober 1941, dalam peperangan sengit di Bryansk, Kalashnikov terluka parah dan harus dirawat di rumah sakit.

Ketika di rumah sakit inilah ia memiliki ide untuk merancang sebuah senapan submesin. Kemampuan Kalashnikov sebagai perancang mengundang perhatian. Ia sempat bekerja di Moscow Aviation Institute. Mulai tahun 1942, Kalashnikov bekerja di Central Research Small Arms Range of the Main Ordnance Directorate of the Red Army.

Pada saat yang sama, tentara Uni Soviet tertarik dalam mengembangkan senapan serbu efektif yaitu M1943 singkat bulat. Senjata pertama yang dipresentasikan oleh Sudayev pada tahun 1944, namun dalam ujicoba ternyata senjata itu terlalu berat. Sebuah kompetisi desain baru diadakan dua tahun kemudian di mana Kalashnikov dan tim desain ikut dalam kompetisi tersebut.

Selama beberapa tahun Kalashnikov terus bekerja mewujudkan rancangannya dengan memperbaiki dan mengkombinasikan berbagai elemen senjata otomatis dan senapan serbu yang telah ada pada saat itu. Inovasinya pertama adalah pemakaian peluru pendek 7,62×39 mm. ”Lebih kecil dan ringkas,” kata Paul Cornish, seorang kurator senjata di Imperial War Museum, London, Inggris. Pilihan gas juga bisa dipakai sebagai tenaga penggerak senjata ini. Gas bisa didaur ulang ke dalam piston dan digunakan untuk pengisian peluru berikutnya. Jadi senjata itu bekerja dengan prinsip yang sama seperti senapan mesin. Kedua hal itu, ditambah desain yang sangat sederhana merupakan kegeniusan Kalashnikov. Sampai kemudian di tahun 1947 lahirlah senapan AK-47 (singkatan dari Avtomat Kalashnikova model 1947).

AK-47

Pada tahun 1949, AK-47 menjadi senapan standar tentara Merah Soviet. Selama Perang Dingin, AK-47 (dan generasi Kalashnikov berikutnya, AKM) digunakan oleh tentara komunis di seluruh dunia. Soviet juga menyalurkan senjata ini ke kelompok-kelompok militan dan gerilyawan sayap kiri yang mendukung kepentingan Soviet.

Sampai kini AK-47 menjadi senjata paling populer di dunia. Diperkirakan sekitar 100 juta AK-47 beredar di seluruh dunia. Namun, Kalashnikov mengaku tidak mendapat penghasilan uang dari hal ini, penghasilannya hanya berasal dari uang pensiun.

Kalashnikov telah menciptakan senjata dengan desain yang sederhana, mudah diproduksi secara massal, mudah digunakan bahkan oleh tentara yang kurang terlatih tanpa kehilangan kemampuannya untuk mematikan. Sifat-sifat ini membuat AK-47 menjadi senjata yang efektif dan andal bagi paramiliter dan dalam peperangan kota.

AK-47 menjadi simbol revolusi dan bahkan beberapa negara mencantumkan gambar AK-47 sebagai bagian dari lambang negara. Nama Kalashnikov juga digunakan untuk berbagai barang seperti payung, pisau dan vodka.

Kalashnikov sering ditanya apakah ia merasa bersalah hasil ciptaannya digunakan dalam berbagai konflik berdarah. Namun ia berkilah dengan berkata,”Tujuan saya menciptakan senjata adalah untuk membela tanah air saya. Bukan salah saya jika Kalashnikov menjadi terkenal di dunia dan digunakan di daerah konflik. Yang harus disalahkan adalah kebijakan negara-negara tersebut, bukan perancang senjatanya”. Ia juga berkata bahwa ia tidak tahu bagaimana senjata ciptaannya bisa ada di tangan para teroris dan bandit. Ia bangga dengan hasil karyanya meski ia mengaku akan lebih senang seandainya bisa membuat mesin yang dapat membantu petani, misalnya mesin pemotong rumput.

AK-47 kepanjangan dari Avtomat Kalashnikova 47. 47 adalah tahun dimana senjata tersebut dibuat. Senjata ini sangat legendaris, sangat digemari baik tentara, militan, gangster, teroris atau perampok sekalipun. Bagaimana tidak, senjata ini sangat mudah sekali digunakan bahkan anak kecilpun bisa mengoperasikan senjata ini. AK-47 sangat tangguh digunakan dalam medan perang apapun, meskipun senjata ini terisi pasir masih tetap bisa keluar pelurunya bila ditembakkan, meskipun juga terisi lumpur, senjata ini juga masih bisa ditembakkan. Bahkan dalam sebuah artikel ditulis selama dalam perang dingin, 9 dari 10 orang tewas karena diterjang oleh peluru ini. Inilah senjata pemusnah masal yang sesungguhnya. Harga AK-47 juga sangat murah, mungkin sama nilainya dengan harga sebotol brandy bermutu tinggi.


Sumber : Klipingut & Wikipedia

Minggu, 06 November 2011

Amunisi-amunisi Yang Mempunyai Desain Khusus



Amunisi-amunisi yang mempunyai desain khusus, mungkin sekilas terdengar aneh ditelinga kita, tapi amunisi-amunisi seperti itu memang sudah ada. Saya juga sudah pernah memposting tentang salah satu jenis amunisi ini di sini. Keuntungan menggunakan amunisi seperti ini ialah sulitnya para penyidik (balistik) untuk mengetahui siapa pengguna amunisi ini dan terlebih untuk tim forensik yg pastinya akan kesulitan untuk mengidentifikasi korban yg terkena amunisi-amunisi seperti ini.

Kita pasti ingat pada saat pecahnya reformasi ditahun 1998...??? Menurut berita yang beredar, amunisi tidak bisa di identifikasi karena amunisi yg mengenai para pengunjuk rasa pecah menjadi 3 dan itu bukan amunisi standar Militer Indonesia. Maka itulah muncul pertanyaan, jenis amunisi apakah itu..??? 

Sekedar gambaran berikut ini adalah sebagian dari amunisi yang didesain khusus, dan hanya diketahui oleh kalangan terbatas saja.


Super Vel Ammunition, variasi dari amunisi untuk senjata api caliber 0,38”; dimana pelurunya lebih ringan, sebagian dibungkus jaket, kecepatannya tinggi (high velocity). Desain peluru ini dua macam, yaitu : a flat nose soft point dan a hollow point. Apabila pada umumnya caliber 0,38” (special standard), velositasnya hanya 855 kaki/menit; maka apabila peluru yang dipakai adalah “Super vel ammunition”, yang kecepatannya 1370 kaki/menit, maka dapat dibayangkan bahwa dari senjata api yang sama tetapi amunisinya beda, walaupun lubang masuknya sama besarnya, kerusakan organ dalam akan lebih dasyat pada yang mempergunakan “Super vel ammunition”.

KTW Ammunition, peluru untuk senjata api laras panjang yang terdiri dari logam campuran yang dibalut Teflon, dengan jaket logam yang menutupi separuh dari anak peluru, dapat menutupi laras serta alurnya. Desain seperti ini memungkinkan terpisahnya jaket, sehingga berdampak pada upaya penyidik dalam menelusuri senjata yang akan dijadikan benda bukti, oleh karena jaket yang beralur dan terpisah itu tidak dapat ditemukan.

Frangible bullets, peluru untuk senjata kaliber 0,22” ini dibuat dari serbuk timah atau besi, sehingga ketika mengenai tubuh korban, peluru tersebut akan buyar. Dalam kasus ini pemeriksaan dengan sinar-X dapat membantu untuk mengetahui adanya penyebaran dalam tubuh korban. Keadaan tersebut tentunya menyulitkan penyidik dalam mengidentifikasi senjata yang menewaskan korban.

Quick Shock Ammunition, desainnya sedemikian rupa, dimana bagian depan projektilnya berlubang (seperti jenis “hollow point”), sedangkan bagian basisnya terbagi tiga. Desain seperti ini dapat menjelaskan mengapa dalam tubuh korban peluru pecah menjadi tiga bagian, dan biasanya tidak memantul kemana-mana, tidak tembus, sehingga si penembak tidak perlu kuatir tembakannya akan mengenai orang yang berada di belakang korban, yang bukan target sasarannya.


Untuk saat ini, hanya itu yg saia tau. Mungkin ada tambahan dari para pembaca sekalian tentang amunisi-amunisi  yg didesain khusus...??? 

Selasa, 27 September 2011

SLD-400 (Pendeteksi Sniper Racikan Negeri Mode Dunia)

SLD-400 (Cortesy of Cilas)


Penembak runduk (sniper) merupakan ancaman yang sangat significant dalam suatu operasi tempur. Hal ini juga dihadapi oleh pasukan perdamaian dari Perancis yang tergabung dalam SFOR pada saat bertugas di Bosnia. Setidaknya 80 personil pasukan Perancis Gugur dalam tugas diakibatkan oleh tembakan penembak runduk di Serajevo selama tahun 1992.

Berdasarkan kejadian tersebut dan kekhawatiran akan jatuhnya korban lebih banyak lagi, Departemen Pertahanan Perancis di Paris meminta kepada pihak Industri pertahanan untuk menciptakan alat yang dapat meng-counter ancaman dari para sniper ini.

Salah satu industri pertahanan Perancis yang teribat dalam upaya pembuatan alat pendeteksi keberadaan sniper ini adalah Cilas, industri yang mengkhususkan produknya pada perangkat optic-elektronic (optronic), yang merupakan anak perusahaan dari EADS. Saat itu peralatan yang ada hanyalah alat deteksi akustik yang aslinya dikembangkan oleh pihak militer Inggris untuk mendukung operasi mereka di Irlandia Utara.

Saat di uji di Bosnia, system tersebut ternyata tidak membuahkan hasil karena ketidakakuratannya, respon yang lambat dan beberapa factor lainnya. Alat ini bekerja berdasarkan pendeteksian bunyi saat penembakan, dan saat peluru berjalan menuju target, dengan bantuan perangkat microphone, baru lokasi sniper dapat diketahui.

Para teknisi Cilas berupaya keras untuk mencari solusi yang terbaik, maka mereka mencoba untuk mendapatkan cara yang lebih efisien. Dari berbagai percobaan, Cilas mencoba untuk mendeteksi keberadaan sniper berdasarkan unit pembidik yang dipasang pada senapan runduk. Maka dicobalah suatu metode dengan prinsip sinar mata kucing atau "The Cat Eye Principle".

Lensa optic telescope dapat menghasilkan suatu energi yang dapat ditangkap oleh sapuan sinar laser, saat sapuan sinar laser tersebut menangkap object optic telescope, maka akan ditampakkan pada layar monitor, sehingga keberadaan penembak runduk dapat diketahui sebelum ia menjalankan aksinya.

Seperti halnya lampu utama pada mobil/kendaraan, refleksi sinar yang ditimbulkan oleh retina mata kucing dapat terlihat dikegelapan. Demikian juga halnya dengan bola mata sniper yang sedang melakukan pembidikan dengan telescope dapat dideteksi dengan bantuan sapuan sinar laser yang tidak terlihat. Kemudian sistem laser transmitter/receiver akan secara instant dan akurat melokalisir keberadaan sniper tersebut.

Pengembangan dari kemampuan jarak tembak 300 sampai 600 meter ditingkatkan sampai dengan kemampuan jarak sapuan lebih dari 1000 meter, bahkan kemudian sampai kepada jarak 4000 meter.  Seperti diketahui, dengan munculnya senapan runduk caliber 12,7mm atau .50, jarak tembak sniper dapat mencapai jarak efektif mematikan sampai 1000 meter.

Salah satu alat deteksi keberadaan sniper ini oleh pihak Cilas diberi kode SLD-400.  Perangkat ini terdiri dari dua bagian utama, perangkat deteksi yang merupakan laser transmitter/receiver dengan menggunakan alat penyangga tiga-kaki (tripod) dan unit processor/monitor yang hampir sama bentuknya dengan perangkat laptop, keduanya dihubungkan dengan kabel khusus tipe RS 232 serial link.

Perangkat ini bekerja dengan bantuan batere 24 Volt standar militer (MIL STD 1275 A) yang dapat beroperasi lebih dari 24 jam secara terus menerus, dan dapat diisi ulang dengan alat charger yang disediakan.  Keseluruhan unit SLD 400 ini memiliki bobot sekitar 15 kg.

Panjang gelombang sinar laser bekerja mendekati kemampuan sinar infra-merah, antara 0,8 dan 0,9 micrometer, yang dapat mendeteksi tidak saja alat bidik senapan (termasuk yang tersembunyi dibalik jarring kamuflase, jendela atau struktur honeycomb) tetapi juga jenis-jenis lensa seperti light intensifier untuk teropong malam, range finder, teropong biasa (binocular/monocular), dan sebagainya. Pengoperasian dapat dilakukan dalam berbagai kondisi cuaca, baik siang maupun malam hari, kecuali saat situasi berkabut (hal ini juga tidak dapat dilakukan oleh teropong yang digunakan oleh sniper).

Data-data mengenai Pendeteksi Sniper SLD 400 ini antara lain;
  • Konsep Operasi: Perangkat deteksi penembak runduk ini merupakan konsep baru dengan aplikasi sinar laser.  Dirancang untuk mendeteksi dan melokalisir posisi pembidik optic yang digunakan oleh penembak runduk atau system pembidik optic elektronik (optronic) di daerah operasi tempur, wilayah sensitive atau zona urban yang bekerja atas dasar efek mata-kucing (cat-eye); saat teriluminasi oleh sinar laser, system optic akan mengembalikan sejenis energi.
  • Jarak detaksi efektif: 1000 meter untuk siang hari, sampai 3000 meter pada malam hari.
  • Azimuth dan levasi: -175 derajat sampai +175 derajat untuk azimuth, dan +/- 20 derajat untuk elevasi.
  • Jendela deteksi : 3,9 derajat x 5,3 derajat.
  • Scanning dan deteksi: secara manual dengan joystick.


Sumber : Irwan

Minggu, 25 September 2011

Alat Bidik (pada senjata api) Berikut Variannya

Alat bidik besi pada laras
senapan serbu SIG SG 550
Alat bidik, Bidikan, Pisir (pada senjata api) adalah sebuah alat (perangkat) optik yang berfungsi untuk memandu pandangan mata pada alat bidik pada senjata api atau alat lainnya. Alat bidik banyak digunakan pada teleskop, senjata api, dan berbagai macam alat ukur yang menggunakan alat bidik.

Ragam alat bidik antara lain : bidikan besi, bidikan laser, bidikan reflex, bidikan intip (peep), bidikan teleskopik. Ada juga alat bidik yang digunakan pada pesawat tempur antara lain alat bidik reflektor (dalam bahasa Inggris : reflector sights) dan bidikan gyro (dalam bahasa Inggris : gyro gunsights), kedua jenis alat bidik ini digunakan pada perang dunia kedua, dan banyak dipakai antara tahun 1930an sampai 1960an.

Tapi pada pembahan kali ini, kita akan membahas tentang alat bidik yang ada pada senjata api. Ok, mari kita bahas satu persatu jenis-jenis alat bidik dari yang era konvensional hingga yang digunakan saat ini :

Bidikan besi

Bidikan besi atau Pisir besi (senjata api) adalah sebuah sistem penanda sejajar yang berfungsi untuk melakukan bidikan pada peralatan-peralatan seperti senjata api, busur silang (crossbow), dan juga teleskop, peralatan dengan bidikan besi tidak menggunakan bidikan optik untuk melakukan bidikan pada sasaran.

Bidikan (pisir) besi terdiri dari dua buah bagian yang terbuat dari bahan besi. Bidikan bagian belakang berdiri tegak sejajar dengan sudut pandangan mata (line of sight) biasanya berbentuk cekukan (notch) model huruf V atau U untuk bidikan tipe open sight atau aperture untuk bidikan tipe closed sight, sedangkan bidikan (pisir) bagian depan biasanya berbentuk post, bead (bentuk sirip atau bulat), dan cincin. 

Gambar yang terlihat diatas ialah contoh dari membidik menggunakan bidikan (pisir) besi pada pistol mitraliur Heckler & Koch MP5.


Bidikan teleskopik

Bidikan teleskopik adalah bidikan optik (menggunakan lensa) yang berguna untuk memberikan tambahan akurasi menggunakan titik sasaran (pada salah satu atau kedua buah lensa) pada senjata api, busur silang (crossbow).

Gambar yang terlihat disebelah ialah contoh dari bidikan teleskopik dengan kemampuan pembesaran (zoom) 4x





Reflex sight

Reflex sight adalah bidikan optik yang memantulkan (Bahasa Inggris : reflect) benda atau objek pada bahan kaca (optik) yang disusun sedemikian rupa dengan tujuan memfokuskan sasaran. Bidikan reflex dibuat sebagai bidikan optik tanpa kemampuan memperbesar sasaran. Bidikan ini tidak memancarkan seberkas sinar (seperti halnya bidikan laser) pada sasaran.

Gambar yang terlihat disebelah ialah contoh dari bidikan reflex red dot sight merk Tasco ProPoint 2 5 MOA (model PDP2ST), yang dipasang pada senapan serbu Ruger 10/22. Bidikan ini buatan Jepang untuk Tasco, bidikan Tasco ProPoint 2 merupakan salah satu model bidikan reflex red dot sight generasi awal.


Bidikan laser

Bidikan laser adalah bidikan yang menggunakan sinar laser sebagai pemandu tembakan ke sasaran, biasanya dipasang sejajar dengan laras senjata api. Sinar laser yang digunakan biasanya berwarna merah, tapi saat ini ada juga bidikan laser yang menggunakan warna hijau sebagai warna sinar lasernya.

Gambar yang terlihat disebelah ialah senapan Karabin M4 yang sudah dilengkapi dengan bidikan laser AN/PEQ-2A.


Itulah tadi ke-4 varian alat bidik yang sering digunakan pada senjata api. Tapi dengan cepatnya perkembangan teknologi, maka saya yakin bahwa untuk kedepannya akan muncul lagi alat bidik dengan berbagai kemampuan yang dimilikinya.

Lavochkin La-9 Fritz



Salah satu pesawat andalan Uni Soviet dalam Perang Dunia II adalah Lavochkin La-7. Pesawat ini mampu mengimbangi pesawat-pesawat Angkatan Udara Jerman, namun memiliki kelemahan utama karena struktur rangka pesawat ini banyak yang terbuat dari kayu. Oleh karena itu maka Lavochkin mencoba untuk membuat pesawat tempur seperti La-7 namun dengan struktur rangka pesawat dari logam. Hasil pengembangan Lavochkin tersebut kemudian menghasilkan prototype pesawat tempur La-126 yang berhasil melakukan first flight pada tahun 1944 namun tidak memasuki tahap produksi karena pihak militer Uni Soviet menilai kemampuan pesawat tersebut tidak lebih baik dari La-7.

Walaupun gagal diproduksi, namun Lavochkin tetap mengembangkan dan memperbaiki rancangan pesawat tempur tersebut. Setelah Perang Dunia II berakhir dan dunia memasuki perang dingin, maka pihak militer Uni Soviet berubah pikiran. Lavochkin kemudian mengembangkan pesawat tempur dengan berdasarkan prototype La-126 yang kemudian menghasilkan pesawat tempur La-9. La-9 berhasil melakukan first flight pada tahun 1946 dan tidak lama kemudian mulai digunakan oleh satuan-satuan tempur Angkatan Udara Uni Soviet. Pesawat tempur ini diproduksi dari tahun 1946 sampai dengan tahun 1948 dengan jumlah produksi mencapai 1.559 unit dalam berbagai varian, salah satunya adalah varian latih La-9UTI. Selain Uni Soviet, La-9 juga digunakan oleh Angkatan Udara Rumania, Korea Utara, dan RRC.

Specifications (La-9)
  • Crew : 2
  • Powerplant : 1 x 1,850 hp Shvetsov ASh-82FN piston engine
  • Length : 8.63m
  • Wingspan : 9.80m
  • Height : 3.56m
  • Weight empty : 2,638 kg
  • Maximum take-off weight : 3,676 kg
  • Maximum speed : 690 km/h
  • Range : 1,735 km
  • Service ceiling : 10,800m
  • Armament : 4 x 23mm NS-23 cannons

Minggu, 19 Juni 2011

Peluru Es (Mematikan & Tak Terdeteksi)

Kenapa peluru dibuat dari es ? Pertanyaan ini muncul begitu kita mendengar "Peluru Es". Sesuai dengan fungsi peluru, idenya adalah untuk membunuh, tetapi dengan desain yang sedemikian rupa bisa membuat siapa yang menembakkan peluru tersebut tidak akan terlacak (tidak meninggalkan jejak). Mungkin di Film-film box office sudah pernah kita melihatnya.

"Peluru es" (terbuat dari es kering) dijodohkan dengan senjata yang menembakkan proyektil ke tubuh korban. Namun apakah mungkin peluru jenis ini bisa diibuat??

Membentuk sepotong es kering menjadi berbentuk peluru memang sangat memungkinkan, namun "peluru" akan hancur atau pecah ketika dipanasi (peluru diledakan dalam senapan). Ini masih menjadi PR bagi para ilmuwan senjata dunia.

Meskipun demikian, ada material lain yang mungkin bisa digunakan sebagai bahan pengganti es kering, bahan tersebut adalah Galium. Gallium adalah Zat padat, tapi itu bukan logam yang sangat baik, agak rapuh. Jadi tidak tahu apakah peluru bisa dibuat dengan bahan Galium, tapi yang pasti lebih tahan lama dibandingkan es kering.

Galium meleleh tepat di atas suhu ruangan (apalagi suhu badan), sehingga peluru akan meleleh dalam tubuh sebelum tubuh dimasukkan pendingin. Benjolan dari galium dapat direcover, tapi jelas tidak akan mempertahankan tanda-tanda identifikasi.

Kesimpulannya : suatu saat nanti mungkin dalam waktu dekat para engineer senjata akan mengembangkan peluru yang tak terdeteksi ini, kita tunggu saja perkembangannya; mungkin saja memakai Dry Ice (CO2 padat) atau gallium atau bahkan akan menemukan material lain yang lebih baik lagi.

Rabu, 15 Juni 2011

Teknik Menembakkan FN Minini & M249 SAW Dengan Akurat & Efektif



FN Minimi akan jadi mesin pembunuh dan mematikan apabila di tangan prajurit yang tepat dan mengerti karakteristiknya, sekarang kita uraikan satu  persatu teknik cara menembakkan senjata Minimi :

Teknik pertama disebut Fixed Fire, digunakan untuk target statis dan keberadaannya sudah di ketahui, penembakan cukup membidik pada satu titik lalu melepaskan rentetan pendek.

Teknik Kedua apabila musuh dalam jumlah banyak dan membentuk formasi melebar, teknik yang dipakai adalah Traversing Fire. Untuk teknik ini penembak harus menembakkan dengan mengarahkan moncong minimi ke sisi kiri dan kanan kurang lebih 30 derajat. Teknik ini mendistribusikan tembakan seimbang dengan menyesuaikan posisi tubuh, baik pundak maupun siku. 

Teknik Ketiga ialah Searching Fire, teknik ini sering digunakan apabila kalau musuh tiarap atau bersembunyi diantara vegetasi dan keberadaannya tidak diketahui pasti. Untuk menerapkan teknik ini penembak harus memanipulasi penembakan dengan mengubah elevasi moncong Minimi. Untuk menurunkan posisi laras saat di tembakkan, penembak dapat merapatkan posisi kedua siku, begitu pula bila ingin menaikkan arah tembakan, posisi kedua siku tinggal di renggangkan. 

Sementara jika ancaman musuh datang dalam jumlah yang besar dan bergelombang dari segala posisi, jurus yang digunakan adalah teknik gabungan traversing and searching fire. Penembak harus menggeser laras ke kiri dan ke kanan, juga mengubah elevasi supaya field of fire dapat di tutup dengan maksimal. Untuk menerapkan teknik ini penembak harus disiplin dan tenang. Artinya tenang dalam mengubah arah maupun elevasi tembakkan dan harus di lakukan one at time, bukannya mengarahkan senjata tanpa membidik sama sekali. 

Setelah beres dengan target manusia, sekarang yang lebih sulit tentu menghantam benda bergerak semacam kendaraan. Untuk mencapai kesuksesan tinggi, penembak harus mampu memperkirakan kecepatan kendaraan dan posisi bidik yang tepat dan sesuai jarak. Sebagai contoh, jika ada truk yang melaju dengan kecepatan 15 mil per jam dari arah kanan pada jarak 300 m, maka penembak harus menyetel rear sight pada posisi 300 m, dan membidikkan Miniminya ke arah kiri mendahului target dengan asumsi jarak kira-kira setengah dari panjang target.