Jumat, 27 Mei 2011

Sejarah Sniper di Masa Perang Dunia II (1939 – 1945)



Perang Dunia II adalah perang besar yang paling banyak menghasilkan rekor-rekor sniper yang spektakuler dan pastinya tak akan bisa terpecahkan lagi pada masa kini. Dari 54 orang top snipers di Perang Dunia II yang tercatat dalam sejarah, 49 orang dari mereka berhasil menembak lebih dari 100 orang tentara musuh dan 6 orang diantaranya adalah wanita.

Masih banyak top sniper dari berbagai negara yang tidak pernah dicatat dalam sejarah Perang Dunia II, karena umumnya kegiatan para snipers termasuk dalam kategori rahasia militer (kecuali bila untuk kepentingan propaganda), ditambah lagi oleh banyaknya dokumen-dokumen yang hilang, musnah karena perang dan rusak dimakan usia.

Selama puluhan tahun para pencinta sejarah militer dan para penggemar senjata bersusah payah mengumpulkan dan memverifikasi ulang berbagai dokumen, data-data dan cerita mengenai para top snipers.

Simo Hayha, sniper asal Finlandia
Walaupun Finlandia memegang rekor tertinggi sniper dunia, daftar top snipers Perang Dunia II didominasi oleh para sniper Rusia. Ini merupakan bukti bahwa pelatihan, organisasi, taktik dan strategi untuk para sniper Rusia lebih maju dari negara-negara lain saat itu.

Dalam Perang Dunia ke 2, perlombaan teknologi senjata berlangsung dengan sangat cepat, dimulai dengan ditemukannya radar, artileri roket, pesawat jet, bazooka, senapan serbu, peluru kendali dan lain-lain yang diakhiri dengan bom atom.

Senapan sniper juga berkembang dengan pesat, dimulai dengan Rusia yang mengeluarkan senapan sniper semi automatic pertama didunia Tokarev SVT38 (kemudian digantikan SVT40). Jerman segera mengikutinya dengan menjiplak Tokarev SVT40 menjadi senapan semi automatic Gewehr 41 (Walther) yang kemudian digantikan Gewehr 43 (G43) buatan Walther. AD Amerika pun tak mau ketinggalan dalam perlombaan senapan sniper ini dengan mengeluarkan senapan Garrand M1C dan M1D, sedangkan US Marine Corps yang lebih konservatif tetap menggunakan senapan sniper bolt action Springfield M1903.

Sementara itu Inggris juga bersikap konservatif dan menganggap senapan semi automatic kurang akurat dan handal untuk dijadikan senapan sniper. Sampai akhir perang, Angkatan Bersenjata Inggris tetap setia menggunakan senapan sniper bolt action L42A1 yang dibuat berdasarkan senapan Lee Enfield Mk.IV

L42A1, senjata andalan AB Inggris

Senapan semi automatic memungkinkan sniper menembak lebih dari 1 sasaran dengan cepat; bahkan bila tembakan pertama meleset, ia masih punya kesempatan berikutnya untuk menembak musuh dengan cepat. Tetapi karena teknologinya yang belum matang, senapan sniper semi automatic (saat itu) masih punya banyak kekurangan a.l. lebih berat, mahal, rumit, kurang handal, sering macet dan kurang akurat untuk jarak diatas 500 m.

Teleskop dgn pembesaran 4X
Pada bulan-bulan terakhir Perang Dunia ke 2, Jerman juga bereksprimen membuat senapan serbu (assault gun) pertama Strumgewehr 44 (Haenel) yang diberi telescope untuk sniper jarak pendek (dibawah 300 m). Selain senapan, teropong alat bidik (telescope) pun berkembang kekuatan pembesarannya, dimulai dari 1,5X kemudian 3,5X, 4X dan terakhir 6X .

Pada bulan-bulan terakhir Perang Dunia ke 2, Jerman menciptakan teropong malam infra merah pertama didunia. Telescope infra merah itu masih harus dibantu dengan lampu sorot infra merah yang dipasang pada senapan serbu Strumgewehr 44 (Stg 44) buatan Haenel. Oleh Jerman sistim ini diberi nama “Vampir”; walaupun jarak pandangnya masih belum jauh (+150 m), sistem Vampir ini memungkin sniper mereka untuk menembak musuh dengan tepat dikegelapan malam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar